Sabtu, 26 Mei 2012

Fungsi Maqamat Kaum Sufi


Kaum sufi selalu berusaha mensucikan diri guna lebih mendekatkan diri pada Allah. Berbagai maqam (tingkatan) dilalui untuk mencapai tingkatan tertinggi. Dengan berbagai macam usaha penyucian diri, maka bertambahlah cerahnya mata bathin dalam melihat kemakhlukan diri.


PENGERTIAN MAQAM

Yang dimaksud dengan tingkatan (maqam jamaknya maqamat) oleh seorang hamba Allah dihadapan-Nya dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqam merupakan hasil dari kesungguhan dan perjuangan terus menerus, ini berarti bahwa seorang salik baru dapat berpindah dan naik dari satu maqam ke maqam berikutnya setelah melalui latihan-latihan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi dan telah pula menyempurnakan syarat-syarat maqam yang ada di bawahnya. Dalam tasawuf, perantau atau penempuh jalan untuk mendekat kepada Tuhan disebut salik. Seorang salik untuk berada dekat pada Tuhan harus menempuh jalan panjang yang berisi stasion-stasion yang disebut maqamat. Menurut Abu Bakar Muhammad al-Halabadi, seorang salik akan sampai pada hal tertentu, maka harus melalui stasion-stasion (maqamat) tahap demi tahap.

Untuk selanjutnya dijelaskan sembilan maqamat (tingkatan) yang diawali dengan taubat.
1. Taubat
Taubat merupakan kiat pertama dan terpenting di antara pokok-pokok agama yang merupakan fase pertama bagi salikin (orang yang berjalan menuju ma’rifatullah). Menurut bahasa, taubat artinya kembali, sedang menurut istilah, taubat adalah kembali dari segala sesuatu yang dicela oleh Allah menuju ke arah yang dipuji Allah.
2. Zuhud
Zuhud merupakan maqam lanjutan dari taubat, artinya apabila seorang salik telah bertaubat, maka dia dapat menuju pada maqam berikutnya. Zuhud artinya sikap menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Seorang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu atau hatinya tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak menjadikan sebagai tujuan, hanya sarana untuk mencapai derajat ketaqwaan yang merupakan bekal akhirat.
3. Wara’
Yang dimaksud dengan wara’ adalah menghindari apa saja yang tidak baik, atau dalam pengertian lain wara’ merupakan sikap menjauhkan diri dari segala hal yang di dalamnya terdapat syubhat.
4. Faqr
Sikap tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada dirinya, tidak meminta rizqi kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajibannya, namun tidak pernah menolaknya. Sikap hidup merdeka “tidak ngoyo” tetapi “nrimo” apa adanya.
5. Sabar
Sabar artinya konsekuen dan konsisten dalam melakukan semua perintah Allah SWT, berani menghadapi kesulitan dan tabah dalam menghadapi cobaan-cobaan selama perjuangan demi tercapainya tujuan. Menurut al-Ghazali, sabar dibagi menjadi dua: al-shabr al-nafs yaitu pengekangan tuntutan nafsu dan amarah, dan al-shabr al-badani, yaitu menahan terhadap penyakit fisik.
6. Tawakkal
Tawakkal adalah pasrah bulat kepada Allah setelah melaksanakan rencana atau usaha. Kita tidak boleh bersikap memastikan terhadap suatu rencana yang telah kita susun, tetapi harus bersiap menyerahkan kepada Allah. Manusia hanya merencanakan dan mengusahakan, tetapi Tuhan yang menentukan hasilnya.
7. Ridha’
Dzu Nun al-Misri mengartikan ridha dengan menerima qadha’ dan qadar dengan kerelaan hati.
Menurut Rabi’ah al-Adawiyah, jiwa yang ridha adalah jiwa yang luhur, menerima apa yang ditentukan oleh Allah, ridha dengan qadha dan qadar-Nya, berbaik sangka dengan berbagai tindakan dan keputusan-Nya, serta meyakini firman-Nya.
8. Mahabbah
Cinta yang sempurna adalah yang memberikan segalanya, tidak mengharapkan apapun. Harun Nasution menjelaskan pengertian mahabbah sebagai berikut :
a. Memeluk kepatuhan Tuhan membenci sikap melawan-Nya
b. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi
c. Mengosongkan hati dari segala-galanbya, kecuali dengan yang dikasihi
9. Ma’rifat
Mahabbah lebih menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk cinta, sedangkan ma’rifat lebih memberikan pengertian adanya hubungan yang rapat dalam bentuk gnosis (ilmu pengetahuan dengan hati sanubari).
Fungsi maqamat
Dengan demikian, dapat dipahami tujuan maqamat tersebut adalah sebagai upaya meningkatkan amal kebaikan semata-mata (lifadla’il al-a’mal), mengamalkannya akan membuka hati dan memberi cahaya bagi jiwa menuju kesucian untuk mencapai derajat pengabdian yang tinggi kepada Allah SWT.
KESIMPULAN
Maqam merupakan hasil dari kesungguhan dan perjuangan terus menerus bagi seorang salik untuk berada dekat pada Tuhan dengan menempuh jalan panjang yang berisi stasion-stasion, yaitu dijelaskan dalam sembilan tingkatan yang diawali dengan taubat, zuhud, wara’, faqr, sabar, tawakkal, ridha’, mahabbah, dan ma’rifat. Fungsi maqamat adalah membuka hati dan memberi cahaya bagi jiwa menuju kesucian untuk mencapai derajat pengabdian yang tinggi kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Djamaludin al-Bumy, Missi Suci Para Sufi, Jakarta, 2000.
Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A., “Tasawuf”, Pusat Study Wanita (PSW), UIN Jakarta, 2005.
Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, M.A., Tasawuf Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern, 2003.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar