Rabu, 17 April 2013

Relevansi Kisah dalam Al Qur’an dengan Sejarah Peradaban Dunia

Relevansi Kisah dalam Al Qur’an dengan Sejarah Peradaban Dunia; Kisah-kisah dalam al Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng umumnya, karena karakteristik yang terdapat dalam masing-masing kisah. Fenomena kisah-kisah dalam al-Qur’an yang diyakini kebenarannya sangat erat kaitannya dengan sejarah. Menurut asSuyuthi kisah dalam al Qur’an sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengingkari sejarah lantaran sejarah dianggap salah dan membahayakan al qur’an. Kisah-kisah dalam al Qur’an merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran kepada umat manusia. Hal ini dapata dilihat bagaimana al Qur’an secara eksplisit berbicara tentang pentingnya sejarah, sebagaimana tertera dal al Qur’an surat Ali Imron ayat 140 yang berbunyi :
(وتلك الايام تدا ولها بين الناس)
Dan masa kejayaan dan kehancurang itu, kami pergilirkan di antara manusia

Manna’ al Qaththan, menyatakan bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan karya seni yang tunduk kepada daya cipta dan kreatifitas yang dipatuhi oleh seni, tanpa harus menguranginya sebagai kebenaran sejarah. Ia sejalan dengan kisah seorang sastrawan yang mengkisahkan suatu peristiwa secara artistik. Bahwa al Qur’an telah menciptakan beberapa kisah dan ulama-ulama terdahulu telah berbuat salah dengan menganggap kisah Qur’ani sebagai sejarah yang dapat dipegangi. [Manna’ al-Qattan, Mabahist fi Ulum al-qur’an, t.tp, t.tp, hlm. buka sendiri ya, pada bab Qasas al-Qur'an]

Kisah-kisah yang ada dalam al Qur’an tentu saja tidak dapat dianggap semata-mata sebagai dongeng. Apalagi al Qur’an adalah kitab suci yang berbeda dengan bacaan lainnya. Memang sering timbul perbdebatam, apakah kisah-kisah tersebut benar-benar memiliki landasan historis atau sebaliknya, sebagai kisah yang ahistoris, sejauh manakah posisi al Qur’an dalam memandang sejarah sebagai suatu realitas.

Sebagai kitab suci, al Qur’an bukanlah kitab sejarah, sehingga tidaklah adil jika al Qur’an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnyatidak dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi berbeda dengan cerita fiksi, kisah-kisah tersebut tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas. Melalui studi yang ,mendalam, di antara kisahnya dapat ditelusuri akar sejarahnya, misalnya situs-stus sejarah bangsa Iran yang diidemtifikasikan sebagai bangsa Ad dalam kisah al-Qur’an. Di samping itu memang terdapat kisah-kisah yag sulit untuk dideteksi sisi historisnya seperti peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah Ratu Saba’. Karena ini sring disinyalir bahwa kisah-kisah dalam al Qur’an itu ada yang historis dan ada pula yang ahistoris.

Meskipun demikian pengetahuan sejarah adalah sangat kabur dan penemuan-penemuan arkeologi untuk dijadikan bahan pnyelidikan menurut kaca mata pengetahuan modern, misalnya mengenai raja-raja Israil yang dinyatakan dalam al Qur’an. Karena itu sejarah serta pengetahuan lainnya tidaklah lebih merupakan sarana untuk mempermudah usaha memahami al Qur’an. Kisah itu adalah bagian dari ayat-ayat yang dituturkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Namun untuk mengetahui sejarah dan kisah yang ada dalam al-Qur’an itu tidak mudah. Perlu ditelusuri kapan terjadinya dan di mana. Siapa saja yang teerlibat dalam peristiwa tersebut. Hal itu untuk memberikan informasi atau keterangan yang jelas yang tidak menyimpang, sehingga sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu, baik pada masa pra Islam atau sesudah Islam.

Kondisi sejarah pra Islam masih banyak diliputi kekaburan informasi, terselimuti kegelapan, sehingga tidak ada satu riwayat pun yang bisa dipercaya untuk mengetahyui secara utuh biografi tokoh-tokoh sanad (jalur informasi) nya dan tidak ada yang mutawatir, sehingga dinilai lebih utama. Namun kondisi dunia telah berubah setelah duturnkannya al Qur’an secara bertahap, sehingga mulailah permulaan sejarah manusia. Hal inilah yang tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam al Qur’an itu tidak hanya menceritakan kisah/sejarah pada masa Islam tersebar tetapi sebelum Islam datang.

Kisah tidak bermaksud mengajarkan peristiwa-peristiwa sejarah seperti halnya buku-buku sejarah. Yang sangat dipentingkan oleh kisah al-Qur’an adalah memberi nasehat, bukan mensejarahkan perorangan atau golongan bangsa-bangsa.

Namun, jika dalam memahami kisah-kisah al Qur’an harus dipakai metode sejarah selengkap-lengkapnya, sperti kalau memahami dokumendokumen sejarah, maka akan banyak dihadapi kesulitan-kesulitan, maka banyak ulama dan mufassir yang menganggap kisah-kisah al Qur’an sebagai ayat-ayat mutasyabihat. [A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan Pada kisah-kisah Al Qur’an, Pustaka al Husna, Jakarta, 1983, hlm. 26]

Al Qur,an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini sebagai peringatan tentang nerlakunya hokum Allah dalam kehidupan social serta baik dan buruk dalam kehidupan manusia.

Wallahu a'lam bi al-shawab.



Anda sedang membaca
Relevansi Kisah dalam Al Qur’an dengan Sejarah Peradaban Dunia