Pengertian Kisah Dalam Al-Qur’an
Kisah berasal dari kata al qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Dikatakan (قصصت اثره) artinya “saya mengikuti atau mencari jejaknya” Kata al-qasas adalah bentuk masdar.Firman Allah dalam al Qur’an surat al-Kahfi ayat 64:
(فارتدا على اثارهما قصص ا)
artinya: "lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula"
Maksud dari ayat tersebut adalah, kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang. Dan firman-Nya melalui lisan ibu Musa yang terdapat dalam al Qur’an surat Al qasas ayat 11 :
(وقا لت لاخته قصيه)
"Dan katakanlah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan , ”ikutilah dia” Maksudnya adalah ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.
Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah:
(ان هذا لهو القصص الحق)
Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah:
(ان هذا لهو القصص الحق)
"sungguhnya ini adalah berita yang benar"
(لقد كان فى قصصهم عبرة لاولى الالباب)
"sesungguhnyaberita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal" [Manna’ al-Qattan, Mabahist fi Ulum al-qur’an, t.tp, t.tp, hlm. 305]
Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut. [Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Dasar-dasar Penafsiran Al-Qur’an, Terj. S. Agil Husain Munawar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Dina Utama, Seamarang, t.th., hlm. 70]
Sementara Muhammad Kamil Hasan memberi definisi kisah adalah sarana untuk menekankan penglaman hidup seseorang atau sebagiannya, meliputi suatu peristiwa atau sejumlah peristiwa yang mempunyai hubungan runtun dan harus mempunyai pendahuluan dan penutup. [Muhammad Kamil Hisan, Al-Qur’an wa al Qishshat al Hidayat, Daar al Buhus al-Ilmiyyat, Beirut, 1970, hlm. 9]
Kisah dalam al Qur’an adalah pemberitaan Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona. [Manna’ al-Qattan, Mabahist fi Ulum al-qur’an, t.tp, t.tp, hlm berapa ya? buka sendiri bab Qasas al-Qur'an lho kawan]
Di dalam al Qur’an, kisah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan ajaran, bahkan ada beberapa surat secara dominan menyajikannya. Kisah dalam al Qur’an bukan merupakan karya sastra yang bebas, baik dalam tema, teknik pemaparan ataupun seting peristiwaperistiwanya. Sebagaimana terdapat dalam kisah pada umumnya, melainkan sebagai suatu media al Qur’an untuk menacapai tujuan yang
mulia.
Tema, teknik pemaparan dan seting peristiwa kisah-kisah dalam al Qur’an senatiasa tunduk kepada tujuan keagamaan, mampu ketundukan ini tidak menghalangi munculnya karakteristik seni dalam pemaparannya, sehingga kisah ini dalam al Qur’an merupakan paduan antara aspek seni dengan aspek keagamaan.
Rangakaian kisah dalam al Qur’an diungkapkan untuk menguraikan ajaran-ajaran keagamaan, serta menggambarkan akibat bagi yang menentangnya. Hal ini merupakan salah satu keistimewaan dan kekuatan al Qura’n sebagai sesuatu yang pernah terjadi di muka bumi. Di samping mengangkat peristiwa silam lewat rangkaian kisah, al Qur’an juga mengungkapkan peristiwa yang akan terjadi, baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Berbagai cara dan upaya dilakukan dalam menjelaskan suatu kisah dengan maksud memberi isyarat kepada manusia bahwa yang ditujunya adalah menanamkan rasa takut terhadap siksaan Allah bagi orang-orang yang mendustakan-Nya, sehingga al Qur’an dengan kisah itu bukan mengajarkan peristiwa-peristiwa sejarah, tetapi menyampaikan pesan al Qur’an bahwa manusia tidak dibenarkan mendustakan Allah dan bagi yang mendustakan Allah akan diberikan-Nya azab yang pedih.
Di dalam al Qur’an banyak dikisahkan beberapa pristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang pernah dialami orang-orang sejak nabi Adam. Selain itu, al Qur’an juga menceritakan beberapa peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah saw, seperti beberapa peperangan.
Kisah dalam al Qur’an diklasisfikasikan menjadi beberapa macam.
1. Dari Segi Waktu
2. Dari Segi Materi
1. Dari Segi Waktu
Di tinjau dari segi waktu, kisah-kisah dalam al Qur’an ada tiga tahap, yaitu :
a. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu. Contohnya kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah di muka bumi.[QS. al-Baqarah: 30]
b. Kisah gaib yang terjadi pada masa kini. Contohnya kisah tentang turunnya malaikat-malaikat paa malam laiklatul qadar. [QS. al-Qadr]
c. Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Contohnya kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat. [QS. al-Lahab]
2. Dari Segi Materi
Ditinjau dari segi materi kisah kisah dalam al Qur’an ada tiga tahap, yaitu :
a. Kisah-kisah Para Nabi
Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizatnya yang memperkuat dakwah serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan.[Muhammad Chrizin, Al-Qur’an dan Uluml Qur’an, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1998, hlm. 119] Adapun Nabi Muhammad saw menyampaikan kisah terdahulu kepada kaum muslimin dari wahyu, bukan melalui proses belajar.
Walaupun menegerti bahwa Nabi Muhammad saw adalah orang yang buta huruf, mereka silih berganti menanyakan tentang kisah-kisah kepada beliau, yang tidak mereka ketahui. Dalam menceritakan tentang kisah-kisah para Nabi, ini biasanya mempunyai pengikut masing-masing sesuai zaman yang mereka alami pada waktu yang berbeda dan para Nabi di sini tidak hanya berperan sebagai dai saja, namun beliau juga bergerak dalam segala kepemimpinan, baik dalam bidang keagamaan. Dari banyaknya kisah para Nabi ini kita dituntut untuk mengambil suatu pelajaran yang merupakan suatu peristiwa besar dalam menjalankan syiar
agama. Contohnya kisah Nabi Adam, Hud, Luth dan lain-lainnya. [Ahmad Syadzali, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, cet. I, 1997, hlm. 27-30]
b. Kisah Tentang Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau yang tidak dapat dipastika kenabiannya (menyangkut pribadi-pribadi dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil Allah untuk dijadikan pelajaran).
Al Qur’an mengkisahkan sekian banyak peristiwa masa lampau. Harus diakui bahwa sebagian dari kisah-kisahnya tidak atau belum dapat dibuktikan kebenarannya hingga kini. Tetapi sebagian lainnya telah terbukti, antara lain melalui penelitian arkeologi. Sekian banyak yang belum terbukti, namun tidaklah wajar menolak kisah-kisah lain tersebut hanya dengan alasan bahwa kisah itu belum terbukti karena apa yang belum terbukti
kebenarannya juga belum terbukti kekeliruannya. Banyak kisah al Qur’an tentang hal ini, baik dari segi pembangkangan terhadap Allah dan utusan-utusan-Nya. Contoh tentang kisah ini adalah kisah Luqman, Dzul Qarnain, ashabul Kahfi, Thalut dan Jalut, Ashabul Ukhdud, Habil dan Qabil, dan lain-lain.
c. Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa Rasulullah saw
Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah saw ini biasanya ada runtutan perjalanan yang tidak lepas dari hijrah Nabi Muhammad saw sampai jazirah Arab. Contohnya tentang Ababil dan hijrahnya Nabi Muhammad SAW.
Al Qur’an memandang kenabian sebagai fenomena yang bersifat universal. Di setiap pelosok dunia pernah tampil seorang rasul Allah, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan dalam al Qur’an, sehingga kisah dalam al Qur’an merupakan peristiwa yang terjadi sesuai dengan situasi dan tempat para Nabi dalam mengajarkan risalah.
Di antara metode pengajaran yang ada dalam al Qur’an ialah bahwa suatu kisah yang panjang dirangkum dalam beberapa kalimat sederhana lalu dirinci sesuai alurnya. Sesuatu yang penting diungkapkan mulai dari tingkatannya yang rendah ke yang lebih tinggi. [Syaikh abdurrahman Nashir al-Sa’adi, 70 Kaidah Penafsiran Al-qur’an, Pustaka Firadus, Jakarta, cet. I, 1997, hlm. 179] Kaidah ini sangat penting terutama kita dapat temukan dalam al Qur’an sebagai rincian yang akan dihasilkan suatu penjelasan yang sempurna dala meneritakan kisah dlam al Qur’an, baik tentang kisah-kisah para Nabi mapun umat-umat terdahulu.
Anda sedang membaca [Kisah Dalam Al Qur’an]
(لقد كان فى قصصهم عبرة لاولى الالباب)
"sesungguhnyaberita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal" [Manna’ al-Qattan, Mabahist fi Ulum al-qur’an, t.tp, t.tp, hlm. 305]
Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut. [Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Dasar-dasar Penafsiran Al-Qur’an, Terj. S. Agil Husain Munawar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Dina Utama, Seamarang, t.th., hlm. 70]
Sementara Muhammad Kamil Hasan memberi definisi kisah adalah sarana untuk menekankan penglaman hidup seseorang atau sebagiannya, meliputi suatu peristiwa atau sejumlah peristiwa yang mempunyai hubungan runtun dan harus mempunyai pendahuluan dan penutup. [Muhammad Kamil Hisan, Al-Qur’an wa al Qishshat al Hidayat, Daar al Buhus al-Ilmiyyat, Beirut, 1970, hlm. 9]
Kisah dalam al Qur’an adalah pemberitaan Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona. [Manna’ al-Qattan, Mabahist fi Ulum al-qur’an, t.tp, t.tp, hlm berapa ya? buka sendiri bab Qasas al-Qur'an lho kawan]
Mari menganalisis beberapa referensi di atas!
Al Qur’an menceritakan beberapa kejadian masa lalu, tentang umat-umat manusia masa lalu dan syariat-syariatnya yang terhapus, orang hampir tidak ada yang mengetahui kisah tersebut.Di dalam al Qur’an, kisah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan ajaran, bahkan ada beberapa surat secara dominan menyajikannya. Kisah dalam al Qur’an bukan merupakan karya sastra yang bebas, baik dalam tema, teknik pemaparan ataupun seting peristiwaperistiwanya. Sebagaimana terdapat dalam kisah pada umumnya, melainkan sebagai suatu media al Qur’an untuk menacapai tujuan yang
mulia.
Tema, teknik pemaparan dan seting peristiwa kisah-kisah dalam al Qur’an senatiasa tunduk kepada tujuan keagamaan, mampu ketundukan ini tidak menghalangi munculnya karakteristik seni dalam pemaparannya, sehingga kisah ini dalam al Qur’an merupakan paduan antara aspek seni dengan aspek keagamaan.
Rangakaian kisah dalam al Qur’an diungkapkan untuk menguraikan ajaran-ajaran keagamaan, serta menggambarkan akibat bagi yang menentangnya. Hal ini merupakan salah satu keistimewaan dan kekuatan al Qura’n sebagai sesuatu yang pernah terjadi di muka bumi. Di samping mengangkat peristiwa silam lewat rangkaian kisah, al Qur’an juga mengungkapkan peristiwa yang akan terjadi, baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Berbagai cara dan upaya dilakukan dalam menjelaskan suatu kisah dengan maksud memberi isyarat kepada manusia bahwa yang ditujunya adalah menanamkan rasa takut terhadap siksaan Allah bagi orang-orang yang mendustakan-Nya, sehingga al Qur’an dengan kisah itu bukan mengajarkan peristiwa-peristiwa sejarah, tetapi menyampaikan pesan al Qur’an bahwa manusia tidak dibenarkan mendustakan Allah dan bagi yang mendustakan Allah akan diberikan-Nya azab yang pedih.
Macam-macam Kisah Dalam Al Qur’an
Di dalam al Qur’an banyak dikisahkan beberapa pristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang pernah dialami orang-orang sejak nabi Adam. Selain itu, al Qur’an juga menceritakan beberapa peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah saw, seperti beberapa peperangan.Kisah dalam al Qur’an diklasisfikasikan menjadi beberapa macam.
1. Dari Segi Waktu
2. Dari Segi Materi
1. Dari Segi Waktu
Di tinjau dari segi waktu, kisah-kisah dalam al Qur’an ada tiga tahap, yaitu :
a. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu. Contohnya kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah di muka bumi.[QS. al-Baqarah: 30]
b. Kisah gaib yang terjadi pada masa kini. Contohnya kisah tentang turunnya malaikat-malaikat paa malam laiklatul qadar. [QS. al-Qadr]
c. Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Contohnya kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat. [QS. al-Lahab]
2. Dari Segi Materi
Ditinjau dari segi materi kisah kisah dalam al Qur’an ada tiga tahap, yaitu :
a. Kisah-kisah Para Nabi
Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizatnya yang memperkuat dakwah serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan.[Muhammad Chrizin, Al-Qur’an dan Uluml Qur’an, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1998, hlm. 119] Adapun Nabi Muhammad saw menyampaikan kisah terdahulu kepada kaum muslimin dari wahyu, bukan melalui proses belajar.
Walaupun menegerti bahwa Nabi Muhammad saw adalah orang yang buta huruf, mereka silih berganti menanyakan tentang kisah-kisah kepada beliau, yang tidak mereka ketahui. Dalam menceritakan tentang kisah-kisah para Nabi, ini biasanya mempunyai pengikut masing-masing sesuai zaman yang mereka alami pada waktu yang berbeda dan para Nabi di sini tidak hanya berperan sebagai dai saja, namun beliau juga bergerak dalam segala kepemimpinan, baik dalam bidang keagamaan. Dari banyaknya kisah para Nabi ini kita dituntut untuk mengambil suatu pelajaran yang merupakan suatu peristiwa besar dalam menjalankan syiar
agama. Contohnya kisah Nabi Adam, Hud, Luth dan lain-lainnya. [Ahmad Syadzali, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, cet. I, 1997, hlm. 27-30]
b. Kisah Tentang Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau yang tidak dapat dipastika kenabiannya (menyangkut pribadi-pribadi dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil Allah untuk dijadikan pelajaran).
Al Qur’an mengkisahkan sekian banyak peristiwa masa lampau. Harus diakui bahwa sebagian dari kisah-kisahnya tidak atau belum dapat dibuktikan kebenarannya hingga kini. Tetapi sebagian lainnya telah terbukti, antara lain melalui penelitian arkeologi. Sekian banyak yang belum terbukti, namun tidaklah wajar menolak kisah-kisah lain tersebut hanya dengan alasan bahwa kisah itu belum terbukti karena apa yang belum terbukti
kebenarannya juga belum terbukti kekeliruannya. Banyak kisah al Qur’an tentang hal ini, baik dari segi pembangkangan terhadap Allah dan utusan-utusan-Nya. Contoh tentang kisah ini adalah kisah Luqman, Dzul Qarnain, ashabul Kahfi, Thalut dan Jalut, Ashabul Ukhdud, Habil dan Qabil, dan lain-lain.
c. Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa Rasulullah saw
Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah saw ini biasanya ada runtutan perjalanan yang tidak lepas dari hijrah Nabi Muhammad saw sampai jazirah Arab. Contohnya tentang Ababil dan hijrahnya Nabi Muhammad SAW.
Al Qur’an memandang kenabian sebagai fenomena yang bersifat universal. Di setiap pelosok dunia pernah tampil seorang rasul Allah, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan dalam al Qur’an, sehingga kisah dalam al Qur’an merupakan peristiwa yang terjadi sesuai dengan situasi dan tempat para Nabi dalam mengajarkan risalah.
Di antara metode pengajaran yang ada dalam al Qur’an ialah bahwa suatu kisah yang panjang dirangkum dalam beberapa kalimat sederhana lalu dirinci sesuai alurnya. Sesuatu yang penting diungkapkan mulai dari tingkatannya yang rendah ke yang lebih tinggi. [Syaikh abdurrahman Nashir al-Sa’adi, 70 Kaidah Penafsiran Al-qur’an, Pustaka Firadus, Jakarta, cet. I, 1997, hlm. 179] Kaidah ini sangat penting terutama kita dapat temukan dalam al Qur’an sebagai rincian yang akan dihasilkan suatu penjelasan yang sempurna dala meneritakan kisah dlam al Qur’an, baik tentang kisah-kisah para Nabi mapun umat-umat terdahulu.
Anda sedang membaca [Kisah Dalam Al Qur’an]
InsyaAllah artikel selanjutnya tentang:
Hikmah dan Tujuan Kisah dalam Al Qur’an
Relevansi Kisah Dalam Al Qur’an dengan Sejarah Peradaban Dunia