Selasa, 29 Mei 2012

Sejarah Pemerintahan Utsman ibn Affan

Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga membawa bangsa Arab dari masa keterbelakangan, bodoh dan lainnya menjadi bangsa yang maju dan terkenal sampai sekarang ini. Dan bagi manusia yang menganutnya akan selamat di Yaumul Qiyamah kelak.
Pada masa perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali pergantian khalifah untuk meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah, meskipun ada beberapa tahapan-tahapan pemerintahan yang ada, Islam mengalami kemajuan dan juga mengalami kemunduran. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang dan di anut oleh banyak manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka dakwah Islamiyah diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang di pandang bijaksana, dapat mempimpin jalannya pemerintahan dan mampu memberikan pengarahan terhadap dakwah Islam.[1]
Yang pada kenyataannya inilah nanti, akan meneruskan dakwah Rasulullah untuk menyebarkan agama fitrah ini dan selanjutnya yang memegang amanah dakwah Islamiyah.


PERMASALAHAN
Dalam makalah ini hanya akan membahas perkembangan Islam pada masa pemerintahan Utsman ibn Affan. Adapun hal-hal yang dibahas sebagai berikut :
a. Biografi Utsman ibn Affan
b. Bagaimana proses pemilihan khalifahnya
c. Apasaja yang menjadi tantangan Utsman ibn Affan
d. Dan bagaimana pula dengan nepotisme yang dilakukan serta prestasi kepemimpinan yang diperoleh Utsman ibn Affan


 PEMBAHASAN
Setelah wafatnya Nabi, kepemimpinan Islam kosong dan mulai diperdebatkan, sebab Nabi tidak pernah berwasiat kepada sahabat siapa yang cocok untuk menggantikan beliau. Dan Nabi cenderung menyerahkan persoalan tersebut kepada
kaum muslimin untuk menentukannya, maka inilah proses pengangkatan salah satu khalifah pengganti Rasulullah.
A. Biografi Utsman ibn Affan
Utsman ibn Affan lahir di kota Makkah, dari ayah yang bernama Affan bin Abi al-‘As ibn Umayyah ibn al-Syams ibn Abd al- Manaf ibn Qusay ibn Kilab ibn Murrah al-Qurasyi al-Umawi. Dan ibunya adalah Arwa binti Keraiz binti Rabi’ah ibn Abd al-Syams ibn Abd al-Manaf. Pada tahun ke enam dari tahun Gajah atau tahun 576 M (kira-kira) lima tahun sesudah Nabi Muhammad dilahirkan.[2] Utsman termasuk salah satu dari keturunan bangsawan Quraisy, dan ia juga termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam dan menerima seruan Rasulullah. Kita dapat katakan Utsman r.a adalah seorang “Muhajir pertama kepada Allah setelah Nabiyullah Luth a.s”. perkataan ini disimpulkan sendiri oleh Rasulullah Saw terhadap sahabatnya tersebut.[3]
Utsman ibn Affan juga termasuk menantu Nabi, pertama ia dinikahkan dengan putri Rasul yang bernama Ruqayyah, namun istrinya ini tidak lama meninggal setelah usainya perang Badar yang terkenal itu. Dan kemudian ia dinikahkan lagi dengan putri Rasul yang lain bernama Ummu Kulsum, begitu pula dengan Ummu Kulsum sebelum penaklukan kota Makkah dia juga meninggal.
Kesetiaan yang diberikan oleh Utsman tidak dapat di sangkal, berapa banyak harta yang dikorbankan demi membantu kelancaran dakwah Islamiyah bahkan jiwa serta raganya pun diserahkan hanya kepada Allah, hal ini semata-mata untuk kemajuan dan kejayaan Islam. Sebagai contoh :
- Dalam perang Tabuk, ia telah menyumbangkan puluhan ribu uang dinar dan ratusan ekor onta dan kuda.
- Sebagian hartanya diinfaqkan untuk pembangunan sarana ibadah dan untuk keperluan umum.
- Ia juga membeli “sumur rumah” yang banyak airnya seharga 12.000 dirham milik seorang Yahudi, sehingga airnya dapat digunakan oleh kaum muslimin.
Dalam firman Allah surat at-Taubah 128 :
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْ مِنِيْنَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ (التوبة : 128)
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul diantara kalian sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan kalian, Ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) kalian. Ia amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
Sehingga Rasulullah lebih menyenangi sifat kasih sayang, keselamatan, pengabdian yang tulus ikhlas serta kekhusu’an yang mendalam terhadap Allah SWT.
B. Proses Pengangkatan Utsman ibn Affan
Sewaktu Amirul Mukminin Umar hendak meninggalkan dunia fana ini, beliau tidak mau mengangkat seorang pun untuk menggantikannya. Dan para sahabat kebingungan siapa yang akan menggantikan, hal ini juga terjadi pada sebelumnya dalam proses pengangkatan Khalifah akan menjadi permasalahan. Maka dari itu dibentuklah tim khusus yang dianggotai enam orang, diantaranya :
1. Ustaman bin Affan
2. Ali bin Abi Tholib
3. Thalhah bin Ubaidillah
4. Zubair bin Awwam
5. Abdurrahman bin ‘Auf
6. Sa’ad bin Abi Waqqash
Dari ke enam itu pulalah yang dicalonkan menjadi khalifah, sehingga mereka juga harus memilih. Maka, Abdurrahman bin ‘Auf mengajukan usul agar salah seorang diantara mereka menarik diri sebagai calon agar suaranya nanti menjadi penengah yang akan menentukan pilihan.
Tidak hanya ke enam tim yang dimintai hak suaranya, melainkan Abdurrahman juga meminta pendapat orang-orang serta berunding untuk menampung aspirasi kaum muslimin, baik pemuka maupun rakyat biasa, secara perseorangan atau kelompok, bersembunyi-sembunyi atau terang-terangan, bahkan anak-anak sekolah dan kafilah-kafilah dagang yang datang ke Madinah.[4]
C. Tantangan yang harus di hadapi
Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan Utsman untuk diselesaikannya pada masa awal kekhalifahannya, diantaranya :
- Pada masa enam bulan setelah Umar meninggal, raja Persia Yazdagird, yang sedang dalam pelarian sekali lagi berusaha melakukan pemberontakan, Utsman pun menumpas pemberontakan tersebut dengan kekerasan.[5]
Dan pada masa pemerintahannya, perdamaian tidak hanya ditegakkan di negeri-negeri itu, tetapi juga di sebelah timur dan utara batas kerajaan muslim.
- Perang laut yang terjadi pada tahun 31 H / 651 M, Kaisar Romawi mengirim armada yang berkekuatan 500 kapal perang untuk menyerbu Mesir. Pada saat itu Mesir di bawah pimpinan Amar bin Asy, akan tetapi kedudukannya di ambil alih oleh panglima Abdullah bin Sa’ad, saudara angkat Utsman. Dan disini umat Islam memperoleh reputasi baik dan memenangkan pertempuran ini.
Dan selama enam tahun pertama Utsman menjalankan pemerintahannya secara bersih, dan menempuh kebijaksanaan yang adil dan lunak. Banyak lembaran emas ditambahkan ke dalam sejarah Islam dan panji bulan sabit berkibar mulai dari Maroko hingga Kabul. Namun hal yang paling penting menjadi tantangan dan tuduhan terhadap Utsman adalah pengangkatan sanak saudaranya untuk menjadi pejabat penting dan pemecatan Gubernur yang efisien.
D. Nepotisme yang dilakukan Utsman serta Prestasinya
Inilah tuduhan yang dilancarkan kepada Utsman mengenai nepotismenya, yaitu pengangkatan kaum kerabatnya :
- Mu’awiyah. Gubernur Siria, ia merupakan kerabat dekat Utsman, akan tetapi pengangkatannya dilakukan pada masa pemerintahan Umar dan Utsman hanya bersifat meneruskan saja.
- Sa’ad. Penakluk Persia pada saat itu yang mengangkat adalah Umar, dan ada beberapa keluhan sehingga diganti oleh Mughirah.
- Pengangkatan Walid bin Aqabah pada masa awal pemerintahannya ketika dia bebas dari semua tuduhan itu.
Setelah enam tahun terakhir dalam usianya yang semakin lanjut, ia tunduk kepada kaum kerabatnya, yaitu orang-orang Bani Umayyah. Jalannya pemerintahan ia serahkan kepada pimpinan mereka, Marwan bin al-Hakam, dan inilah yang mengangkat orang-orang Bani Umayyah sebagai para pejabat tinggi dan para penguasa negara.[6]
Prestasi yang dicapai Khalifah Utsman ibn Affan semasa pemerintahannya :
1. Membangun Masjid Nabawi di Madinah
2. Usaha pengumpulan dan penulisan al-Qur’an dan yang menjadi ketua penulisan adalah Zaid bin Tsabit, sedangkan yang menjadi anggotanya adalah Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin ‘Auf. Dan pada tahun 26 H membuat 5 buah mushaf al-Qur’an.
3. Pengusulan angkatan laut oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan
4. Perluasan daerah sampai ke Khurasan, Armenia, Afrika Utara (Turnisia), Rai, Azarbaijan, dan Ciprus.
IV. KESIMPULAN
Apabila dilihat dalam sejarah khulafaurrasyidin dalam masa kepemimpinannya, Utsmanlah yang paling lama memegang kekuasaan. Hal ini terbukti mulai tahun 23-35 H / 644/656 M. Lebih kurang 12 tahun masa kepemimpinannya. Dan pada umur 70 tahun Utsman membuktikan bahwa dia sanggup memimpin umat Islam, meskipun pada kenyataannya banyak tantangan yang harus ia hadapi.
Dengan kejujuran, ketulusan, ketaatan, dan kedermawanannya, Utsman sanggup mewujudkan kemajuan Islam dan prestasi yang diperolehnya. Dalam kesucian dan ketulusan hati, Utsman sekokoh puncak gunung, kesederhanaan merupakan gambaran akhlaknya yang sangat menonjol. Sehingga setelah kematian dua putri Nabi yang berturut-turut menjadi istrinya, Nabi pernah bersabda “Seandainya beliau mempunyai putri lagi, maka akan dikawinkan dengan Utsman”. Betapa sayangnya Nabi kepada Utsman, karena sifat-sifat yang dimiliki Utsman di atas.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa, P.T. Remaja Rosdakarya, Jakarta, cet.1, 1987.
Ali, K. MA., alih bahasa Drs. Adang Affandy, a Study of Islamic, Binacipta, 1995.
Ensiklopedi Islam di Indonesia, Departemen Agama R.I, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta, 1992/1993.
Khalid Muh. Khalid, Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah, Diponegoro, Bandung, 1985.
Wafiyah dan Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Rasail, cet.1., 2005.



[1] Wafiyah dan Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Rasail, cet.1., 2005, hlm. 23
[2] Ensiklopedi Islam di Indonesia, Departemen Agama R.I, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta, 1992/1993, hlm. 1266
[3] Khalid Muh. Khalid, Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah, Diponegoro, Bandung, 1985, hlm. 285
[4] ibid., hlm. 325-326
[5] Prof. K. Ali, MA., alih bahasa Drs. Adang Affandy, a Study of Islamic, Binacipta, 1995, hlm.
[6] Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa, P.T. Remaja Rosdakarya, Jakarta, cet.1, 1987, hlm. 87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar