AL-Qur’an telah merambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya danmembentu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur’an menunjukkan bahwa materi bukanlah suatu yang kotor dan tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta kegaiban dan keagungan alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah dan al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan keghaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Oleh karena itu al-Qur’an membawa manusia terhadap Allah melalui ciptaannya dan realitas kongkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah sesungguhnya yang terdapat pada ilmu pengetahuan yang mana mengadakan observasi lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat mengetahui tentang segala hal yang telah diciptakan oleh Allah melalui observasi yang teliti dan terdapat hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan al-Qur’an menunjukkan kepada realitas intelektual yang maha besar, yaitu Allah SWT, lewat ciptaannya.
PEMBAHASAN
A.QS. Al-Mujadalah, 58 : 11.
يَاَيُّهاَالَّذِيْنَ أَمَنُوْا إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّخُوْا فِيْ الْمَجَالِسِ فَافْسَخُوْا يَفْسَخِ اللهُ لَكُمْ، وَإِذَا قِيْلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ، وَالَّذِيْنَ أُتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ، وَاللهُ بِمَا تَعءمَلُوْنَ خَبِيْرٌ(المجادله:١١)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan keoadamu:”berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah, 58:11)
Selanjutnya berkenaan dengan ayat tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
Kata tafassahu pada ayat tersebut maksudnya adalah tawassa’u yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan.
Kata yafsahillahu lakum maksudnya Allah akan melapangkan rahmat dan rizki bagi mereka.
Kata unsuzyu maksudnya saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang.
Kata yarfa’illahu ladzina amanu maksudnya Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat yang khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.
Dari ayat tersebut dapat diketahui, hal sebagai berikut:
Pertama : Bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah saw. Yang diyakini bahwa dalam wejangannya itu terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang agung.
Kedua : Bahwa perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di majelis, tidak saling berdesakan dan berhimpitan dapat dilakukan sepanjang dimungkinkan, karena cara demikian dapat menimbulkan keakraban diantara sesama orang yang berada di dalam majelis dan bersama-sama dapat mendengar wejangan Rasulullah saw.
Ketiga : Bahwa pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikan di dunia dan akhirat.2 Singkatnya ayat ini berisi perintah untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan rasa kebahagiaan kepada setiap orang Islam. Atas dasar inilah Rasulullah saw, menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong hambanya, selama hamba tersebut selalu menolong sesama saudaranya.3
Adapun arti potongan ayat dibawah ini adalah:إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّخُوْا فِيْ الْمَجَالِسِ فَافْسَخُوْا
Maksudnya adalah apabila kamu diminta berdiri selama berada di majelis Rasulullah saw, maka segeralah berdiri, karena Rasulullah saw terkadang mengamati keadaan setiap individu, sehingga dapat diketahui setiap keadaan orang tersebut, atau karena Rasulullah saw, ingin menyerahkan suatu tugas khusus yang tidak mungkin tugas tersebut dapat dikerjakan oleh orang lain. Berhubungan dengan hal yang demikian, maka bagi orang yang datang terdahulu di majelis tersebut tidak boleh mempersilahkan orang yang datang belakangan untuk duduk di tempat duduknya.
Imam Malik, Bukhari, Muslim dan Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw, bersabda: La yuqimu al-rajulu min majlisi walakin tafassakhu wa tawassa’u. Yang artinya: seorang tidak sepantasnya mempersilahkan tempat duduknya kepada orang lain (yang datang belakangan). Tetapi cukup dengan memberikan kelapangan dan mempersilahkan lewat.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ، وَالَّذِيْنَ أُتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
maksudnya adalah bahwa Allah akan mengangkat orang mukmin yang melaksanakan segala perintahnya dengan memberikan kedudukan yang khusus, baik dari pahala maupun keadilan-Nya. Singkatnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkanagar memberikan kelapangan kepada sesama kawannyaitu datang belakangan, atau apabila dianjurkan agar keluar meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan jangan ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilanhkan haknya. Melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada Tuhannya, karena Allah tidakakan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang dilakukan hambanya. Melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat.
Sedangkan potongan ayat وَاللهُ بِمَا تَعءمَلُوْنَ خَبِيْرٌ maksudnya bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan membalasnya amal tersebut. Orang yang baik akan di balas dengan kebaikan. Demikian pula orang yang berbuat buruk akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.4
Ayat tersebut diatas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dengan cara menjunjung tinggi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
B.QS. Al-Fathir, 35:27-28.
اَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً، فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا، وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيْضٌ وَحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَنُهَا وَ غَرَابِيْبُ سُوْدٌ (٢٧) وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ كَذَلِكَ، إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَائُوْا، إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ(٢٨)
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Fathir, 35:27-28)
Selanjutnya berkenaan dengan ayat tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
Alwanuha: warna-warnanya, seperti merah kuning, hijau dan lain sebagainya.
Al-Judad: jamak dari juddah, artinya: jalan, yaitu jalan yang bermacam-macam warnanya, digunung dan semisalnya.
Al-Gharabib: jamak dari ghirbib: hitam pekat. Orang mengatakan aswadu ghirbib (hitam pekat) abyadhu baqiq (putih cemerlang) asfaru faqi’ (kuning kemilau) dan ahmaru qanim (merah membara).5
Pada ayat ini Allah menguraikan beberapa hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaannya yang oleh kaum musyrikin dapat dilihat setiap waktu yang kalau mereka menyadari pula ke-Esaan dan kekuasaan Allah yang Maha Sempurna itu. Allah menjadikan sesuatu yang beraneka ragam macamnya yang bersumber dari yang satu. Allah menurunkan buah-buahan yang beraneka ragam warna, rasa dan baunya. Sebagaimana yang kita saksikan buah-buahan itu warnanya ada yang kuning, ada yang merah dan sebagainya.
Kemudian dalam ayat (28) Allah menjelaskan tentang hal-hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaanya. Allah SWT, menciptakan binatang-binatang melata dan binatang ternak, yang bermacam-macam warnanya, sekalipun dari jenis-jenis yang satu. Bahkan ada binatang yang satu sering terdapat warna yang bermacam-macam.
Tentang ulama atau orang-orang yang berilmu pengetahuan, Ibnu Katsir telah menafsirkan “tidak lain orang yang akan merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama yang ma’rifat yaitu mengenal Tuhan menilik hasil kekuasaan dan kebesarannya yang mempunyai sekalian sifat kesempurnaannya dan yang mempunyai al-Asma’ul Husna apabila ma’rifat bertambah sempurna dan ilmu terhadap-Nya bertambah matang, ketakutan kepada-Nya pun bertambah besar dan bertambah banyak.6
Dari ayat 27 dan 28 tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:7
1.Tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diturunkannya hujan, tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam.
2.Demikian juga manusia, binatang-binatang diciptakan Allah bermacam-macam warna jenisnya sebagai tanda kekuasaanNya.
3.Yang benar-benar mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan mentaatinya hanyalah ulama, yaitu orang-orang yang mengetahui secara mendalam kebesaran Allah. Dia Maha Perkasa menindak orang-orang kafir, Maha Pengampun kepada hamba-hambanya yang beriman dan taat.
C. QS. An-Nahl, 16:79
اَلَمْ يَرَوْا اِلَىالطَّيْرِمُسَخَّرَاتٍ فِيْ جَوِّالسَّمَاءِ، مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلاَّاللهُ، اِنَّ فِيْ ذَالِكَ لَأَيت لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُوْنَ (النحل:٧٩)
Artinya: Tidaklah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
Al-jawwu : udara diantara bumi dan langit.
Dalam ayat ini di jelaskan apa yang membuktikan kesempurnaan ilmu-Nya. Maka dijelaskan bahwa pengetahuan tentang perkara ghaib yang ada dilangit dan bumi hanya ada pada sisi-Nya. Dijelaskan pula apa yang membuktikan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Maka dijelaskan bahwa kebangkitan kiamat secepat kerdipan mata atau lebih cepat daripada itu. Selanjutnya Allah kembali menjelaskan dalil-dalil tentang tauhid, dan bahwa Dialah yang berbuat dan berkuasa penuh diantara dalil-dalil itu. Disebutkan penciptaan manusia dalam berbagai perkembangannya kemudian burung yang ditundukkan untuk terbang diantara langit dan bumi, serta bagaimana Dia menjadikannya bisa terbang diangkasa tanpa ada yang menahannya selain Dia dengan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
Allah mengingatkan para hamba-Nya kepada dalil lain yang membuktikan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
اَلَمْ يَرَوْا اِلَىالطَّيْرِمُسَخَّرَاتٍ فِيْ جَوِّالسَّمَاءِ، مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلاَّاللهُ
Apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang ditundukkan di udara antara langit dan bumi, tidak ada yang menahannya di angkasa dari jatuh ke bumi, kecuali Allah azza wajalla, dengan kekuasaannya yang luas. Padahal tubuhnya berat dan udara yang ringan tidak ada tiang dibawahnya. Sekiranya saja Allah mengambil kekuatan untuk terbang yang telah dia berikan kepadanya, niscaya tidakakan kuasa untuk terbang tinggi.
Tafsirannya: Allah SWT berfirman memberitahu tentang kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya terhadap segala sesuatu, Dia mengetahui apa yang tersembunyi di langit maupun di bumi dan tiada seorang mengetahui hal-hal yang ghaib melainkan dengan petunjuk Allah dan jika ia diberitahu oleh-Nya , kekuasaan-Nya tak terbatas, tidak dapat ditentang, ditentang atau dilumpuhkan.
Dengan firman kun (jadilah) maka terjadilah apa yang dikehendaki-Nya dalam sekejap mata atau bahkan lebih cepat.8
D. QS. Al-Mulk, 67:1-5
تَبَارَكَ الَّذِىْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ(١) الَّذِىْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالحَيَوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً، وَهُوَ الْعَزِيْزُالْغَفُوْرُ(٢) الَّذِىْ خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَتٍ طِبَاقًا، مَا تَرَى فِى خَلْقِ الرَّحْمَانِ مِنْ تَفَوُتٍ، فَارْجِعِ الْبَصَرَ، هَلْ تَرَى مِنْ فُطُوْرٍ (٣) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ اِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًاوَّهُوَ حَسِيْرٌ (٤) وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَالدُّنْيَا بِمَصَبِيْحَ وَجَعَلْنَهَا رُجُمًا لِّلشَّيَطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ (٥)
Artinya:
1.Maha Suci Allah di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2.Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
3.Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekalian tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
4.Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
5.Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang indah dengan bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar syaetan, dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk : 1-5)
Tafsirannya Maha Agung Allah dengan sifat-sifat-Nya disegala makhluk dan segala sesuatu. Dia kuasa untuk bertindak dalam kerajaan-Nya menurut kehendak-Nya. Memberi nikmat dan menyiksa, mengangkat dan merendahkan, memberi dan menahan. Kemudian, Dia mulai merinci dari hukum-hukum kerajaan-Nya dan bekas-bekas kekuasaan-Nya, disamping menjelaskan bahwa keduanya itu dibangun menurut hukum dan maslahat, serta mengikuti tujuan-tujuan yang agung.
Sesungguhnya bintang-bintang ini disamping merupakan hiasan bagi dunia, juga merupakan sebab-sebab rizki bagi orang-orang yang saleh seperti para Nabi, para ulama, dan para arif bijaksana. Bintang-bintang itu juga merupakan penyebab terbentuknya rizki yang menarik bagi syahwat setan-setan manusia dan jin didalam alam ini terkumpul yang bernbahaya dan yang bermanfaat, dan berikanlah kepada masing-masing apa yang telah disiapkan baginya. Jiwa yang baik dan yang jahat mengambil dari materi yang di tundukkan dan dipaksa ini, sehingga menjadi penyebab pahala bagi jiwa-jiwa yang baik dan penyebab azab bagi jiwa-jiwa yang jahat.
Tentang hal itu mereka mempunyai perkiraan dan persangkaan, karena mengambil kejahatan mereka dari fenomena-fenomena alamiah yang tumbuh dari panas dan cahaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud ialah bintang-bintang yang dijadikan Allah sebagai hiasan langit dunia tidak akan berpindah dari tempatnya dan tidak dipergunakan untuk melempar. Akan tetapi dari bintang itu keluarlah cahaya yang membunuh jin atau melumpuhkannya.
Berkatalah Qatadah, Sesungguhnya Allah menciptakan bintang-bintang itu untuk 3 perkara, hiasan bagi langit, pelontar setan dan tanda-tanda yang dapat dijadikan petunjuk didarat dan dilaut. Barang siapa yang membicarakannya tidak seperti itu, maka ia telah berbicara tentang yang tidak diketahuinya, malampaui batas dan zalim.9
Di tinjau dari sifat pendidikan dalam al-Qur’an diungkapkan bahwa ilmu pengetahuan dan al-Qur’an merupakan dua aspek kebenaran yang sama, dan tidak ada pertentangan antara keduanya. Wahyu pertama al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah agar menuntut ilmu pengetahuan umat manusia. Sebagaimana dalam surat al-Alaq ayat (1-5) tentang ilmu pengetahuan. Al-Qur’an juga menganjurkan manusia untuk berdoa semoga Allah SWT menambah ilmu pengetahuan kepadanya.
Di tegaskan dalam al-Qur’an bahwa hanya orang yang berilmu yang dapat lebih tinggi tingkat taqwanya kepada Allah. Sebagaimana dalam surat Fathir ayat 28. karena mereka mengetahui dan memahami tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah, baik yang tertulis dalam al-Qur’an maupun yang terlihat dalam alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa Al-Maraghi Ahmad, Tafsir Al-Maraghi, Toha Putra, juz 22, 29, Semarang, 1989.
Katsir Ibnu, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Bina Ilmu, jilid 4, Surabaya, 1984.
Hamka, Prof. Dr. Tafsir Al-Athor, Pustaka Islam, juz 28, Surabaya, 1993.
Hasbi Ash Sgiddieqy, Muhammad Hasbi, Tafsir Al-Qur’an Majid, Annur , PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000.
Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, PT. Dana Bhakti, Yogyakarta, 1995.
Nata Abudin, H., Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar