+ Ditinjau dari aspek tradisi budaya, menarik untu dilestarikan.
+ Ditinjau dari pembacaan sholawat, sudah sepantasnya dan memang merupakan sebuah kekuatan untuk menjalain ikatan emosional dengan kanjeng Nabi.
+ Ditinjau dari motifasi dan metode dakwah serta materi ceramahnya, rata rata masih jalan di tempat. ini yang perlu digaris bawahi dan dikaji ulang.
Ibarat kita mempunyai pisau tajam, para penceramah mengatakan bahwa pisau kita itu tajam. Dan ini dikatakan berulang ulang hampir disetiap acara mauludan.
Jarang sekali yang mengatakan dan memberi cara juga solusi, bagaimana pisau yang tajam itu digunakan untuk mengupas buah apel biar bisa dinikmati kelezatannya, digunakan untuk membebaskan dari ketertindasan, membebaskan dari sebuah pemiskinan, juga pisau yang tajam ini bisa digunakan untuk sebuah pembebasan dari pemberhalaan terhadap manusia, harta, juga kekuasaan jabatan.
Sudah sampai mana isi substansi acara budaya mauludan kita?
Selamat memperingati maulid Nabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar